Monday, February 15, 2010

ICE CREAM CINTA

“Tangkap…!”…

Teriak Davin melempar minuman bersoda pada Alka yang tengah asik membaca komik.

“Anjrit !. Hampir saja kena muka Gue!.”

“Untung juga ngga Gue lempar Lo kulit Duren. Serius banget Lo baca Komiknya.”

Davin kembali membuka-buka File Komputernya.

“Gimana soal Tria?. Beruntung Lo bisa macarin Dia. Gue aja yang dulu lama ngedeketin Dia ngga diresponnya juga.”

“Entahlah…”

“Entahlah!. Maksud lo?”

Davin berhenti mengetik. Kini Dia sendiri yang enggan menjelaskannya.

“Gue juga bingung dengan perasaan Gue.”

“Maksudnya, Lo sudah ngga cinta lagi sama Tria?. Atau ada Cewek lain dihati Lo?”

“Sepertinya.., ya. Akhir-akhir ini Gue lebih sering memikirkan Melanie dari pada Tria.”

“Apa!. Yang bener aja Men!. Bukannya dulu Lo sendiri yang nolak Dia?”

“Ya, maka dari itu. Setelah penolakan itu, Gue ngerasa ada sesuatu yang hilang. Gue ngerasa kehilangan Melanie. Walau Dia masih menganggap Gue teman, tapi tetap saja Dia mulai menjauh dan jaga jarak ke Gue.”

“Mungkin itu perasaan Lo saja kali.”

“Mungkin.”…

“Tapi.., apa aneh bila Gue kurang suka melihat.., Lo dan Tria yang akhir-akhir ini semakin dekat. Jujur saja, Gue cemburu. Gue ngerasa Lo ngrebut Melanie dari Gue.” Sambungnya dipercepat.

“Apa!. Lo jangan sembarangan Men!. Melanie bukan Cewek Lo. Dan asal Lo tahu saja Gue sama Dia Cuma sebatas teman.”

“Iya Gue tahu, tapi…”…

“Atau mungkin Lo jatuh cinta sama Melanie?”

“Ge rasa juga begitu?.”

“Anjrit Lo emang Men!. Lalu bagaimana dengan Tria. Walau Dia bukan apa-apa Gue, tapi Gue ngga suka Lo Cuma mempermainkan perasaanya.”

“Maka dari itu Gue crita ke Lo.”

“ Hah.., Gue ngga ikutan Men.”

Secara bersamaan, Mereka menoleh kearah pintu saat terdengar ketokan dari luar.

“Davin!. Di depan ada teman Kamu,” suara Tante Andien memberitahukan dari balik pintu.

“Iya, sebentar tante.” Davin menyimpan data ketikannya lalu keluar dari kamarnya. Ternyata Melanie dan Tria. Mereka membawa sebuah kotak kardus yang Davin dapat menebak apa isinya. Davin yang hanya mengenakan singlet dan celana pendek dengan canggung mempersilahkan Mereka. Mereka berbincang singkat dan tak lama kemudian Davin meminta izin, dan kembali menghambur kembali kekamarnya.

“Gila Men!. Melanie dan Tria!. Mereka memang panjang umur. Dan Gue juga, karena.. ternyata hari ini Gue ulang tahun. Mereka bawa kue ulang tahun.”

“Lengkap sudah rasa iri Gue ke Lo!. Satupun Gue ngga dapat. Dua-duanya datang ke Lo.”

“Lo pikir Gue kegirangan dengan keadaan ini!. Lo tahu, seumur hidup Gue belum pernah ngerayain ulang tahun. Ingat pun tidak. Gue merinding geli jadinya. Lo temenin Mereka dulu, gih. Gue mau ganti baju.”

“Busyeit..,pake ganti baju segala! Pake bedak sekalian. Oke, tapi besok Lo harus traktir Gue.”

“Iya. Tenang aja.”

Benar. Di ruang tamu ada Melanie dan Tria. Mereka kembali berbincang dan sesekali dengan candaan setelah Alka bergabung. Tak lama kemudian, Davin kembali dan bergabung hingga akhirnya Melanie meminta izin ke Dapur untuk menyiapkan Kue ulang tahun yang dibawanya. Selang beberapa waktu, Davin pun melakukan hal yang sama.

“Sepertinya Tante Andien sedang dikamar, jadi Gue harus memberi tahu Melanie dimana biasanya Tante menyimpan perkakas dapurnya.”

Ternyata benar. Melanie sedang mencari-cari korek dan piring kecil untuk tempat Kue.

“Hai!” ucap Davin dengan agak canggung pada Melanie yang akhirnya menemukan benda yang dicarinya.

“Hai..!. Kenapa senyum-senyum. Apa ada yang aneh?, atau Lo mau berterimakasih? Berterimakasihlah pada Tria, karena Dia yng merencanakan semua ini. Gue Cuma membantu Dia.”

“Ya, Gue tahu.”

“Lalu?”

Sejenak Davin terdiam. Dia memperhatikan Melanie yang menyibukan Diri.

“Kamu cantik sekali malam ini,” ucapnya dengan tidak menekankan kata ‘ Kamu’ tapi cukup terdengar janggal dan membuat Melanie menjadi gugup. Dengan cepat Melanie mengendalikan dirinya yang mulai salah tingkah.

“Benarkah. Padahal Gue ngerasa keberatan dengan gaun ini. Tria yang meminjamkannya.”

“Gue rasa tidak. Lo sangat pantas memakainya,” katanya lagi. “Mel.. Maafin Gue.”

“Maaf, untuk apa?”

“Karena telah membuat Lo kecewa. Waktu itu…”…

“Ssst…!. Jangan diteruskan” potong Melanie. ”Waktu itu Gue yang salah karena salah menganggap arti pertemanan Kita. Seharusnya Gue tak sebodoh waktu itu.”

“Apa Lo benci Gue?”

“Tentu saja tidak.”

“Tapi kenapa Lo tidak lagi menunggui Gue sepulang sekolah?”

Melanie tertawa kering. Davin hanya mengimbangi dengan tawanya yang agak dibuat-buat.

“Lo kira Gue Cewek tolol, yang masih saja menunggui Cowok yang jelas-jelas sudah punya Pacar.”

“Benar juga ya.”

“Ya iyalah.”

“Tapi, Ee…Apa Lo pacaran, atau jatuh cinta pada Alka?”

Sekali lagi Melanie tertawa. Kali ini lebih keras.

“Jangan ngaco ah Vin. Ngga lucu tau pertanyaan Lo.”

“Lucu ya?. Tapi Gue cemburu Mel!. Lo tau sebenarnya Gue,…Gue suka sama Lo.”

“ Jangan bercanda lagi Dav. Lo tau Tria ada disini. Sangat tak lucu bila Dia melihat atau mendengarnya dan salah paham.”

“Tapi Gue tidak sedang bercanda dan Gue bener-bener suka sama Lo, sebagai Lelaki yang jatuh cinta pada Wanita. Asal Lo tahu saja. Akhir-akhir ini Gue sangat kehilangan Lo.”

“Please Dav. Jangan permainkan perasaan Gue lagi. Jangan buat Gue berharap lagi. Gue ngga mau kecewa atau sakit hati untuk kedua kalinya.”

Melanie membawa Kue ulang tahun yang telah siap dengan Lilin-lilin ditengahnya itu. Davin masih berdiri ditempat yang sama. Dia menarik lengan Melanie hingga terjatuhlah Kue yang dibawanya. Belum sempat Melanie memungutnya, Davin kembali menarik lengannya hingga lebih rapat dengannya.

“Gue tahu yang Lo rasain waktu itu karena kini Gue juga merasakannya. Dan Gue tak peduli pada semua itu karena yang gue tahu Gue suka sama Lo dan Gue yakin Lo juga masih suka ke Gue kan!”

Melanie menatap galau Davin yang menatap tajam kepadanya. Kini Dia hanya diam dan menerima saja saat Davin menempelkan bibirnya. Mereka pun berciuman. Melanie tak yakin dan tak sepenuhnya sadar pada apa yang sedang terjadi. Semuanya berjalan lancar seperti air yang mengalir. Jantungnya berdetak kencang, tetapi Dia sangat menikmatinya.

Apa Dia telah melakukan kesalahan karena pada kenyataannya Davin masih kekasih Tria. Dzan Tria adalah Temannya. Kini jawaban atas sebuah pertanyaan terjebak diantara kebahagiaan, ketakutan dan perasaan bersalah.

Melanie menarik ciumannya dan baru sadar ternyata Tria tengah berdiri diantara Mereka lebih dari sepuluh detik yang lalu. Ya, lebih dari sepuluh detik waktu Dia berciuman dengan Davin, kekasihnya. Melanie tahu Tria sangat terkejut dan kecewa.

“Mel…, Lo telah menghancurkan Kue Gue. Dan hati Gue,” ucapnya galau.

“Ma…maafin Gue Tria!. Ini tak seburuk yang Lo kira.”

Melanie mencoba menjelaskan.

“Tapi Gue melihat dengan mata kepala sendiri Mel…”…

Davin sendiri seperti enggan menjelaskan pada Tria. Berdiam diri pun tak membuatnya terhindar dari perasaan bersalah. Akhirnya Tria meninggalkan Davin dan Melanie dengan penuh kekecewaan.

“Antar Gue pulang Ka!”

Melihat Tria yang kembali dengan muka masam, Alka bisa menebak apa yang baru saja terjadi tetapi Dia tak bereaksi lebih selain hanya mengiyakan permintaan Tria. Davin pun kembali dengan muka yang tak sedang senang. Alka kemudian menyusul Tria yang lebih dulu meninggalkan ruang tamu.

“Lho..?, Kalian mau pada kemana?. Baru Tante buatkan Kalian minum!”

“Terimakasih Tante, tapi maaf sekali karena ada sesuatu hal yang mengharuskan Saya segera pulang.”

“Begitu?”

“Benar Tante.”

“ Kalau begitu terimakasih Kuenya ya..,” pesan Tante Andien.

“Gue temenin Lo pulang y..” tawar Melanie.

“Tak perlu Mel. Alka yang akan mengantar,” jawab Tria.

”Tante Saya pulang dulu.”

“Oh..ya. Hati-hati Kalian di jalan.”

Tria pun berlalu keluar bersama Alka.

“Tante, sepertinya Saya juga harus segera pulang.”

“Harus pulang juga ya?. Sebenarnya ada apa sih dengan Kalian?”

”Tante!” sergah Davin.

“Oke. Tate paham. Kalau begitu biar Davin yang mengantar Kamu pulang. Sekarang sudah malam. Tk baik Anak Gadis keluar sendirian. Kamu tidak keberatan kan Dav…?”

“Makasih, tapi tidak usah Tante. Saya naik Taxi saja.”

“Tante benar Mel. Sekarang sudah malam jadi biar Gue yang antar Lo pulang,” potong Davin.

” Tante Davin berangkat. Ayo Mel!” ajak Davin tanpa membiarkan Melanie menolaknya.

“Baiklah.”

“Kalau begitu hati-hati di jalan. Jangan ngebut ya Sayang!” pesan Tante Andien.

* * *

Tentang Davin. Benarkah semua yang dikatakannya. Tentang perasaannya. Tatapan matanya benar-benar membuat Melanie tak berdaya dan yakin Davin tak sedang berbohong. Melanie masih tak percaya kalau Dia baru saja berciuman dengan Davin. Apa ini mimpi?. Tapi ini benar-banar nyata. Lalu bagaimana dengan Tria?. Ingin sekali Melanie tak mempedulikannya. Tapi Dia Temannya dan Tria masih kekasih Davin. Sebenarnya hingga kini Melanie mengakui kalau Dia masih menyimpan rasa cintanya dan berharap bisa menjadi kekasihnya. Tapi apa harus dengan jalan seperti ini. Menusuk Temannya dari belakang.

Sepeda motor masih terus melaju. Melanie hanya dapat melihat punggung Davin dan Kepalanya yang tertutup Helem. Entah apa yang sedang Dia pikirkan. Apa Dia menyesal dan sedang memikirkan Tria?. Apa Dia nyaman bersamanya?. Melanie tak bisa menebak yang ada di pikiran Davin. Sedang dia sangat dekat dengannya.

Davin melihat tangan Melanie yang berpegang erat pada Perutnya. Dan Dia dapat merasakan Melanie yang menyandarkan Kepalanya pada punggungnya. Davin hanya tersenyum dan Melanie tak melihatnya.

Didekat Taman Hiburan Davin menepikan Motornya. Melanie mengangkat sandarannya. Mereka turun dari motor dan tak jauh dari Mereka Alka Tengah duduk di dekat mobilnya. Dimana Tria?. Melanie tak melihatnya. Apa mungkin Mereka berpisah di tengah perjalanan. Dan hanya alasan Tria pulang bersama Alka untuk menolak pulang dengannya?.

Davin melepas Helemnya dan menghampiri Alka. Melanie masih berdiri didekat motor Davin. Kini Melanie melihat Tria. Ya…, Tria sedang membeli Ice Cream tak jauh dari mobil Alka diparkir. Kini Dia kembali dengan membawa dua Cup Ice Cream. Melanie pun menghampiri Mereka dengan langkah beratnya.

“Hai…Kalian!. Sory hanya dua.Tadinya yang satunya untuk Alka,” Ucap Tria pada Melanie dan Davin yang baru tiba di tempat itu

“Tak apa. Gue akan beli untuk Kami jadi Ice Cream itu tetap untuk Kalian,” jawab Melanie. Dia pun berjalan menuju Penjual Ice Cream dimana baru saja Tria membelinya.

“Tunggu Mel!“ cegah Tria. ”Gini aja. Ice Cream ini untuk para Cowok. Dan Kita beli lagi saja untuk Kita. Bagaimana?” ajak Tria membuat Melanie menjadi tak enak sendiri.

“Baiklah,” jawabnya.

Mereka pun kembali pada Penjual Ice Cream itu. Melanie masih tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Tria tentangnya. Bagaimana mungkin Dia bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa. Bahkan Dia sama sekali tak menyinggung kejadian di Rumah Davin dan peristiwa sepuluh detik itu. Apa Dia telah lupa. Tak mungkin. Atau Dia tak marah padanya. Atau Dia hanya berpura-pura tak marah padanya dan telah menyusun sesuatu untuk memukulnya. Tak mungkin Tria melupakan begitu saja kejadian itu. Atau mungkin Tria menganggap kejadian itu tak pernah ada. Ini tidak boleh terjadi karena bila benar berarti Tria telah memaafkan Davin dan ini berarti juga Melanie harus kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Davin. Melanie melihat Davin dan Alka yang sedang mengobrol. Lucu sekali Mereka mengobrol sambil menikmati Ice Cream.

“Kenapa Gue jadi berharap seperti ini?” pikirnya.

“Lo mau yang mana Mel. Coklat, Strawbery, atau terserah Lo mau yang mana saja.”

“…’Apa saja. Samain saja sama Lo,” jawabnya sedikit gagap.

“Hei…Lo ngelamun?”.

“Tidak. Gue hanya…hanya…”…

“Hanya memikirkan kejadian tadi?”.

Kini Tria lebih serius membuat Melanie menjadi kikuk. Dia menjadi sangat berharap kalau Tria tidak menganggap kejadian itu tak pernah terjadi. Tak apalah bila Dia marah atau membencinya.

Tria pun menghadapkan badannya kearah Davin dan Alka.

“Mel, maafin Gue ya..,” ucapnya membuat Melanie sedikit terkejut.

“Tria, seharusnya Gue yang minta maaf ke Lo!. Tadi Gue…Gue, benar-benar khilaf.”

“Mel, dengar Gue dulu. Sebenarnya Gue dan Alka sengaja menunggu Kalian disini. Lo kira ini satu kebetulan!” ucap Tria.

”Alka sudah cerita semuanya ke Gue. Gue baru tahu kalau Kalian sebenarnya saling menyukai dan Gue hadir pada saat itu. Gue sama sekali tak mengira. Dan kini Gue tahu, kenapa akhir-akhir ini Davin seperti acuh dan tak terlalu menganggap Gue Orang special dihatinya,” sambung Tria

Mereka saling berpandangan. Penjual Ice Cream itu telah menyelesaikan pekerjaannya dan memberikan dua cup Ice Cream itu pada Melanie dan Tria. Mereka pun kembali pada Davin dan Alka. Banyak sekali yang terjadi malam ini. Melanie merasa kini Dirinya benar-benar keterlaluan walau kini Dia mulai merasa tak terlalu bersalah pada apa yang telah dilakukannya. Ice Cream telah menggantikan Kue Ulang tahun yang hancur karena terjatuh itu. Dan ini membuat malam ini menjadi lebih manis.

Setelah hampir satu jam di tempat itu, Mereka kembali pada kendaraan masing-masing. Alka membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Tria masuk. Disela-sela waktu itu Alka berpapasan dengan Melanie dan Dia berucap…

“Thanks Mel!” ucapnya lirih tanpa sepengetahuan Davin dan Tria. Melanie hanya tersenyum tipis. Akhirnya Mereka meninggalkan tempat itu. Davin Sendiri-pun telah menyalakan Motornya kemudian melaju pelan. Ditengah perjalanan Melanie kembali menyandarkan Kepalanya pada punggung Davin dan berpegang erat pada Perutnya.

“I love You!” ucap Davin lirih pada Melanie.

“I love You to!.” jawabnya pelan.

* * *

Di sisi lain Tria masih bersama Alka dalam perjalanan pulangnya. Alka masih membiarkan Tria yang mulai menangis. Sesekali Dia memberikan Tissue untuknya.

“Kenapa Lo melakukan semua ini Ka?”

“Melakukan apa maksud Lo?”

“Aku tahu Lo yang telah merencanakan semua ini bukan!” ucapnya.

”Tak perlu menyangkal. Gue tak sebodoh yang Lo kira bila tak mengetahuinya,” sambungnya.

“Maafin Gue Tria. Gue melakukan ini karena Gue cinta sama Lo.”

“Tapi tak seharusnya Lo melakukan semua ini.”

“Lo benci Gue.”

“Tidak. Hanya kecewa. Sangat kecewa”

“Tapi Mereka memang saling menyukai. Dan itu sejak lama sekali.”

“Gue berterimakasih karena Lo sudah menyadarkan Gue, tapi maaf cara Lo meluruskan semua ini terlalu picik. Bila Lo meminta Gue untuk jadi Pacar Lo, maaf Gue tak bisa.”

“Apa ini karena perbuatan Gue yang sangat pengecut ini.”

“Ya. Tapi selebihnya tidak. Walau gue suka sama Lo tapi Gue belum bisa mencintai Lo. Maafin Gue.”

“Ya, Gue paham. Tapi apa masih ada kesempatan untuk Gue membuktikan kalau cinta Gue tulus? ”

“Kesempatan itu selalu ada. Karena Gue tak berhak melarangnya.”

“Kali ini Gue benar-benar malu.”.

“Setidaknya Lo menyadarinya.”.

“Kalau begitu Gue akan membuat Lo sadar dan bisa mencintai Gue.”

“Gue membebaskan Lo mencobanya. Tapi Lo tak bisa memaksa Gue seperti yang Lo lakukan pada Kita. Seperti kali ini!”

“Ya. Gue menerima kekalahan ini”

Mereka pun terus melanjutkan perjalanan dengan saling berdiam diri hingga akhirnya Tria turun dihalaman rumahnya. Dan Alka kembali dengan kekecewaan kecil di hatinya tak seperti kemenangan yang didapatkan Melanie.

* * *

No comments:

Post a Comment